HONGKONG, 27 September 2025 – Di balik label “pahlawan devisa” yang disematkan kepada Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia, tersimpan kisah-kisah getir yang jarang terdengar. Berangkat dengan harapan tinggi, banyak TKW justru harus menelan kenyataan pahit di negeri orang.
Tidak sedikit yang bekerja jauh melebihi jam normal, diperlakukan kasar, bahkan digaji tak sesuai janji. Beberapa di antaranya hanya bisa menangis dalam diam, jauh dari keluarga, tanpa tahu harus mengadu ke siapa.
“Kami pergi karena ingin membantu keluarga, tapi kenyataannya sering berbeda dari yang dibayangkan,” ungkap salah seorang TKW yang saat ini berada dihongkong, bukan hanya disana saja, seperti Hongkong,taiwan.walau tidak semua.ungkap seorang narasumber.
Fenomena ini kembali membuka mata bahwa masih banyak celah dalam sistem perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Peran imigrasi dan pemerintah sangat krusial, bukan hanya dalam mengatur keberangkatan, tetapi juga memastikan keselamatan, kesejahteraan, dan kepastian hukum bagi setiap TKW yang berjuang di tanah rantau.
Ungkap narasumber,kami harap negara tidak boleh lepas tangan. “TKW adalah penyumbang devisa besar. Sudah semestinya negara hadir, memberi perlindungan maksimal, bukan membiarkan mereka berjuang sendirian,” ujarnya.
Edukasi sebelum keberangkatan, peningkatan keterampilan, serta diplomasi ketenagakerjaan dengan negara tujuan menjadi kunci agar kasus-kasus kelam yang menimpa TKW tidak terus terulang.
Kini, masyarakat menaruh harapan besar pada pemerintah untuk lebih serius memperhatikan nasib para TKW. Sebab, di balik senyum mereka saat pamit di bandara, tersimpan doa dan mimpi besar untuk keluarga di tanah air — mimpi yang seharusnya tidak berakhir dengan penderitaan.
Reporter HONGKONG