Perempuan muda hari ini tidak lagi menunggu panggilan untuk terlibat. Mereka berdiri di garis depan, bersama suara-suara muda lainnya, merumuskan perubahan untuk masa depan daerah. Semangat itu terlihat jelas dalam kegiatan “Ruang Pahlawan Kekinian”, forum dialog pelajar yang digagas Omah Rembug Sukoharjo untuk memperingati Hari Pahlawan Nasional.
Kegiatan yang digelar Sabtu, 29 November 2025 di Rumah Dinas Wakil Bupati Sukoharjo ini menghadirkan 60 pelajar SMA/SMK/MA se-Kabupaten Sukoharjo sebagai peserta, terutama para perempuan yang aktif dalam organisasi OSIS. Tidak sekadar hadir, mereka menyuarakan gagasan mengenai kualitas pendidikan, kepemimpinan pelajar, kesehatan mental, hingga kesetaraan akses bagi perempuan muda dalam memperoleh ruang publik.
Dua perempuan muda inspiratif hadir sebagai narasumber utama, yaitu:
• Salsabila Rahma Putri — Juara Nasional Motivator Duta Genre Indonesia
• Angkasa Cantika Beny — Ketua Forum OSIS Sukoharjo
Moderator acara, Arif Dehan Ramadhan, menyatakan bahwa kehadiran pemimpin muda perempuan sebagai tokoh utama sangat penting dalam tatanan demokrasi saat ini. “Perempuan muda harus punya panggung. Mereka bukan pelengkap struktur organisasi, tapi pemilik masa depan yang berhak didengar,” jelasnya.
Ketua Omah Rembug Sukoharjo, Fadhel Moubharok, menyampaikan bahwa keberanian pelajar perempuan dalam bersuara merupakan bagian penting dari regenerasi kepemimpinan daerah. “Kami percaya kecerdasan dan keberanian pelajar perempuan dapat mengubah arah pembangunan. Di forum ini, suara mereka tidak hanya didengar, tapi dicatat sebagai rekomendasi,” ungkapnya.
Salsabila Rahma Putri, yang dikenal vokal dalam isu pemberdayaan remaja putri, mendorong peserta untuk tidak ragu mengekspresikan gagasan. “Perempuan muda masih sering diragukan kemampuannya. Tapi lihat hari ini — kalian memimpin percakapan penting. Keberanian kalian adalah aksi kepahlawanan masa kini,” tegasnya.
Sementara itu, Angkasa Cantika Beny menyoroti tantangan pelajar perempuan di lingkungan sekolah. “Banyak ide perempuan yang tidak sampai ke meja diskusi hanya karena dianggap kurang penting. Saya ingin itu berubah. Kita bukan pendamping, kita pemimpin,” ujarnya dengan percaya diri.
Sebagai pemangku kebijakan, Wakil Bupati Sukoharjo, Eko Sapto Purnomo, S.E., memberikan penguatan bahwa pemerintah daerah membuka ruang lebih lebar bagi pelajar perempuan untuk berkolaborasi. “Partisipasi perempuan tidak boleh hanya jadi slogan. Pemerintah harus memastikan kesempatan yang adil,” tuturnya.
Forum ini juga menghasilkan rekomendasi bersama yang berharap dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah, khususnya dalam penguatan kapasitas pelajar perempuan sebagai agen perubahan sosial.
Menutup kegiatan, Fadhel menyampaikan pesan yang sangat berarti: “Jika pahlawan dulu berjuang melawan penjajah, maka pahlawan perempuan hari ini berjuang melawan diam. Dan hari ini, mereka menang.”
“Ruang Pahlawan Kekinian” menjadi bukti bahwa gelombang pemimpin baru sudah bergerak dan banyak di antaranya adalah perempuan muda dengan suara yang tajam dan hati yang teguh.










